Thursday 4 February 2016

SEJARAH DESA JINGKANG

Sejarah Desa Jingkang Kec. Ajibarang

Konon pada zaman dahulu, ada seseorang bernama NURKAPI yang merupakan warga / rakyat dari Kerajaan Pasir Luhur, yang sedang diutus oleh seorang demang yang juga berasal dari Kerajaan Pasir Luhur yang berpusat di Purwokerto (sekarang). Demang tersebut mengutus kepada Nurkapi untuk mencarikan bahan makanan RUJAK. Karena merupakan tugas yang harus dilaksanakan maka Nurkapi langsung pergi mengembara mencarinya kearah selatan untuk mencari bahan makanan rujak tersebut. Dalam pengembaraannya maka sampailah pada suatu pedukuhan / tempat pemukiman penduduk dimana Nurkapi menemukan buah untuk bahan makanan rujak, namun sangat mengherankan karena buah tersebut hanya berbentuk buah tidak ada biji maupun kulit atau cangkangnya.

Bagi seorang Nurkapi buah tersebut merupakan hal yang aneh, karena keanehan yang dilihatnya maka seraya mengucap “Nek ono rejaning jaman, grumbul / padukuhan iki tek jenengi DESA JINGKANG” artinya sebagai pengingat, pepeling atau pertanda sampai sampai akhir zaman yang akan datang, tempat tersebut dan sekitar pemukimannya dinamakan Desa Jingkang.  Buah tersebut mirip dengan buah MENGKUDU / PACE yang digunakan sebagai simbol sehingga Desa Jingkang adalah nama singkatan dari dua suku kata yaitu Wiji tanpo Cangkang (Biji tanpa ada batok atau kulitnya)

Desa Jingkang adalah desa yang memiliki dataran sedang dan sedikit berbukit yang diapit oleh dua gunung, yaitu ;
sebelah barat               : Gunung Putri
sebelah timur               : Gunung Kendali, Gunung Gripis, Gunung Garung
ketinggian wilayah Desa Jingkang lebih rendah bila dibandingkan dengan Kecamatan Ajibarang yang berjarak sekitar 10 Km, disebelah ujung selatan Kecamatan Ajibarang.

Desa Jingkang juga merupakan lintasan jalur transportasi alternatif kecamatan Ajibarang dengan Kecamatan Purwojati, Margasana hingga Jatilawang dan Rawalo. Batas batas Desa Jingkang antara lain yaitu ;
Sebelah selatan            : Desa kalitapen Kecamatan Purwojati
Sebelah timur              : Desa Bantuanten Kecamatan Cilongok
Sebelah Utara              : Desa Banjarsari Kecamatan Ajibarang
Sebelah Barat              : Desa Sawangan Kecamat Ajibarang



Sebagaimana dengan desa desa yang lain, desa jingkang terbagi wilayahnya menjadi 3 dusun yang cukup luas dan memiliki beberapa grumbul / dukuh / kelompok yang masing masing memiliki cerita asal muasal yang tidak saya kupas dalam cerita ini. Adapun Dusun dan grumbul yang ada yaitu ;

Dusun 1                       : Terdiri dari 4 RW, (RW 1, RW 2, RW 3, RW 4) Grumbul Kalisari, Grumbul Babakan, Grumbul Kedung Gondang, Grumbul Kaliwulan, Kali Asin dan Ranca Bodeh
Dusun II                      : Terdiri dari 2 RW, (RW 5, RW 6) Grumbul Karang Nangka
Dusun III                    : Terdiri dari 2 RW, (RW 7, RW 8) Grumbul Manuksiung

Mata pencaharian penduduk Jingkang yang Pra KS adalah  rata rata petani penyadap gula kelapa, meskipun pekerjaan yang digeluti merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi, bahkan sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa raga dan belum ada asuransi jiwa, namun mereka sabar dan tekun demi untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Hal tersebut mungkin perlu masih adanya perhatian khusus dari pemerintah.

Ditilik dari segi potensi sumber daya alam, menurut informasi dari kalangan ahli geologi dan masyarakat, Desa Jingkang memiliki areal yang diperkirakan terdapat kandungan batu – batu berharga atau batu permata dan oleh penduduk selalu dijaga kelestariannya. Adapun lokasi tersebut tepatnya di areal lahan kosong Kali Kompleng Grumbul Karang Nangka yang berbatasan dengan perhutani wilayah Dusun II atau wilayah tenggara dari pusat Desa. Beberapa waktu yang lalu penggalian pernah dilakukan oleh penduduk luar desa, namun karena berbagai kendala atau hambatan sehingga upaya penggalian selalu gagal dan dibatalkan.

Konon menurut cerita penduduk setempat, terlepas percaya atau tidak, bahwa lokasi Kali Kompleng masih berbau mistis. Apabila berada di area tersebut dilarang berkata kata yang tidak sopan ataupun bersiul karena masih kuat dengan aura aura negatif. Pada hakekatnya tidak ada salahnya kalau kita saling menghargai dan menghaormati keberadaan tersebut menggunakan ucapan/lisan dengan baik, selalu bisa membuat etika dan berbuat baik kepada siapa saja. Menjaga diri dan selalu menjaga hawa nafsu dan emosi.



No comments:

Post a Comment

maturnuwu wis mampir